Jumat, 20 September 2019

7 Kendala Penulis Pemula Saat Berjuang Menembus Penerbit Mayor




Hai hai, selamat malam. 

Tulisan ini sih sebetulnya hanya pengalaman saya saja saat berjuang menaklukan si Dia (eh maksudnya penerbit). Jadi tidak bisa digeneralisasikan untuk semua orang ya. Ada penulis yang lebih mudah jalannya mungkin, ada juga yang bahkan lebih sulit dari cerita saya ini. Dan, pengalaman saya ini lebih fokus mengirimkan naskah untuk buku anak ya. Karena buku nonfiksi dewasa atau pun novel mungkin prosesnya beda. 

Baca juga : 30 Penerbit Mayor yang Menerima Naskah Anak


Kenapa sih harus penerbit mayor?

Bagi saya, mengajukan naskah ke penerbit mayor adalah tantangan. Sebuah tantangan yang harus saya taklukan. Penerbit mayor pasti memiliki standar naskah yang menurut mereka bagus. Mereka juga tak sembarangan menerima naskah yang masuk, artinya saya harus berkompetisi dengan penulis seluruh Indonesia. Karena itu, saya kudu bisa memenuhi standar itu. Saya kudu bisa membuat naskah yang unik, yang bisa membuat penerbit tertarik. Itulah muara akhir dari pembelajaran menulis saya selama ini. Artinya, jika di penerbit mayor tulisan saya sudah oke, berarti tulisan saya sudah mulai berkembang. 

Tetapi bukan berarti menerbitkan di penerbit indie tidak bagus, tetap bagus. Hanya saja kurang ada tantangannya menurut saya. 

Menerbitkan buku ternyata tidak mudah dan murah lo. Apalagi naskah cerita anak yang memerlukan waktu lebih lama, karena harus digambar dulu /ilustrasi. Di penerbit mayor, biasanya mereka mencetak buku sekitar 1500-2000 eksempler sekali cetak. Cetak banyak pastinya membutuhkan banyak biaya dong. Makanya mereka harus yakin dulu dengan naskah yang akan diterbitkan. Biasanya mereka melakukan survey pasar dan melihat peluang. Pokoknya pertimbangannnya kudu banyak, karena kan biayanya tidak murah. 

Mengirimkan naskah juga memerlukan kesabaran tingkat tinggi lo. Ada saja yang membuat kita kesal, sedih dan down. Nah, saya akan berbagi pengalaman khususnya yang Sangat Indah (Baca : kurang menyenangkan) saat mengirimkan naskah kepada penerbit nasional tentunya. Karena seorang penulis baik akan siap menerima pujian dan kesenangan, juga harus siap dengan segala kegagalan atau kedukaannya. Kuy ah cekidot!


1. Kirim naskah, No respon 

Ini pengalaman yang paling getir sih menurut saya. Karena bagi saya lebih baik ditolak dengan tegas, daripada tidak dibalas sama sekali. Yah tapi mungkin kembali lagi ke kesibukan pihak penerbit. Saya akan selalu berpositif thinking, apa pun itu. Hingga 3 kali saya tanyakan pun tak sekalipun mereka membalas. Hingga saya pun menarik naskah saya dengan sedih.  

Kenapa bisa seperti itu?

Menurut saya, ada banyak alasan. Misalnya : mereka sudah tak suka tema yang saya ajukan sejak pertama kali baca (muak mungkin naskah tema gitu-gitu saja hihihi). Bisa jadi juga ajuan saya kurang lengkap (karena setiap penerbit memiliki standar konsep ajuan) mungkin saya belum tahu itu. Bisa juga sih karena saya kurang dikenal (penulis baru), hingga ada sedikit kekhawatiran untuk menerbitkan. Normal saja sih jika mereka lebih nyaman bekerjasama dengan penulis andalan mereka. Itu sih prediksi saya.

2. Kirim naskah, suruh ubah format, ujung-ujungnya ditolak juga.

Nah ini menohok juga guys haha... saya pernah mengirimkan naskah format kumpulan cerpen, disuruhlah ganti format jadi picture book berseri. Artinya apa coba? Ya nulis lagi dari awal dengan format beda guys! Ditambah lagi dengan deadline lo. Apa nggak bikin saya ketar ketir dan stress coba. 

Pas sudah kelar, kirimlah tuh naskah. Nunggu lagi sebulanan barulah ada jawaban kalau naskah saya temanya sudah umum. Sudah banyak yang buat, eksekusi juga biasa katanya. Jadi penerbit tidak bersedia menerbitkan naskah saya. Menghadapi yang begini saya hanya bisa mendoakan mereka dan berucap laahaula wala quwwata illa billah. 

Kenapa bisa demikian?

Menurut saya format baru yang saya buat tidak memuaskan penerbit. Mungkin juga ada penulis lain yang mengajukan naskah tema sama namun eksekusinya keren, atau bisa juga penulis itu lebih dikenal (penulis senior). Yang jelas penulis senior sudah memiliki banyak penggemar pastinya, sehingga penerbit pun tak segan menerima naskahnya walau pun tak selalu begitu. Itu sih sah-sah saja ya. Sekali lagi ini hanya pendapat pribadi saya ya. 

3. Kirim, disuruh nunggu hingga 8 bulan, ditolak juga akhirnya hehe

Ini juga cukup menghancurkan mood hahaha... bagaimana tidak? Diberikan harapan palsu coba, siapa yang tahan? hihi.. 

Awalnya disuruh nunggu, lalu disuruh nunggu lagi, dan lagi. Hingga akhirnya mereka menyatakan kalau mereka tidak sedang membutuhkan tema itu. Yah, resiko la ya. Haha... Tapi mbok yo terima aja lo mas, mbak. Biar saya senang gitu. 

4. Kirim, Naskah ACC, Terbitnya yang Lama

Ini sebetulnya sudah sangat mendig banget. Alhamdulillah naksah di acc dan diproses hingga siap terbit, namun tidak jadi diterbitkan dalam waktu yang dekat. Alasannya sih, menunggu momentum yang tepat. Ya, kembali lagi memang penerbit kan nyari profit, makanya segala sesuatu perlu dipikirkan matang-matang. Untuk kejadian seperti ini sih kita sebagai penulis hanya perlu bersabar. 


Iya, menjadi seorang penulis artinya harus berteman dengan kesabaran. 

5. Kirim Naskah, Ternyata Ketlisut!

Nah ini kadang bikin gemes juga sih hihihi... bagaimana tidak? Kita udah menyangkanya naskah kita udah direview, eh ternyata dibaca pun belum. Ini pernah kejadian dua kali pada saya. Kirim naskah, setelah 3 bulan saya tanyakan ternyata Editor nggak tahu kalau saya kirim naskah itu. Alhasil saya disuruh nunggu dua bulan lagi. Ini juga ujian kesabaran. 

6. Maaf Kami Sedang Tidak Menerima Naskah

Biasanya saya kalau mau mengirimkan naskah ke penerbit yang belum pernah saya kirimi akan tanya dulu ke admin yang pegang akun medsosnya. Entah itu instagram atau facebook. Dan ada beberapa admin yang paham benar keadaan penerbitnya. Dia langsung bisa menolak naskah dengan halus. "Maaf untuk saat ini kami sedang tidak menerima naskah baru." begitu katanya. Admin seperti ini sebetulnya sangat membantu, artinya kita tidak perlu nunggu berapa bulan untuk mengetahui kabar naskah. 



7. Editornya Resign

Saya mengalami ini dua kali di penerbit berbeda. Yang pertama, naskah saya sepertinya disukai oleh Editor tersebut, namun beberapa bulan kemudian resign. Dan, karena komunikasi hanya lewat email, akhirnya tidak jelas dan saya tarik naskahnya. Lalu ada lagi nih baru-baru ini. Naskah saya dilimpahkan karena Editor sakit dan memutuskan resign. Begitu saya email editor yang baru, tak ada respon (tapi masih optimis, mungkin nanti akan dibalas). Semoga ya. 

Nah itu dia tujuh kendala penulis pemula saat berjuang menembus penerbit mayor versi saya. Pure itu mah catatan saya, dan tak bisa disamakan dengan kisah siapa pun. Ini hanya bagian kecil kisah dari perjalanan saya sebagai penulis pemula, bagian besarnya tentu saja lebih banyak sukanya. Jadi jangan takut gagal, coba lagi dan lagi. Semakin ditolak, harus semakin semangat dan semakin banyak kirim. Saya pernah ditolak tiga kali berturut-turut oleh penerbit besar, alhamdulillah di naskah keempat akhirnya diterima. 

Perbanyak baca, perbanyak informasi, dan bergaullah dalam lingkungan yang positif. Jangan lupa juga minta doa suami jika emak seperti saya, minta doa orang tua terutama ibu, dan tetap laksanakan pekerjaan utama sebagai ibu dan istri di rumah dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah memudahkan usaha kita semuanya, aamiin. 

Mojokerto, 20 September 2019


Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon