Senin, 21 September 2020

Menjaga Semangat Menulis Saat Pandemi Corona

 


Virus corona nyatanya tak kunjung pergi dari negeri kita tercinta ini. Indonesia bahkan dijadikan negara yang paling ditakuti dunia karena angka pasien coronanya yang kian meningkat bahkan tidak terkendali. Sebanyak 60 lebih negara dunia menutup diri /tidak mengizinkan warga negara Indonesia masuk negara mereka. Mereka menganggap penanganan pandemi di Indonesia tidak berhasil. Masyarakat Indonesia untuk pertama kali dianggap berbahaya. Ini merupakan prestasi yang memalukan, bukan?

Baca juga : Menabur kebaikan lewat komik

            Apa pun itu, saya  kira pemerintah Indonesia tentu saja telah melakukan berbagai cara untuk menurunkan angka penderita covid-19, namun kenyataannya dipandang kurang efektif dan tidak berhasil. PSBB jilid 1 hingga new normal bukannya berhasil meredam angka penderira, tapi malah makin meningkat. Berbagai spekulasi tentang corona turut andil menciptakan makin carit marutnya kebijakan serta kedaaan. Masyarakat dibuat bingung, harus bersikap apa? Akhirnya pandangan masyarakat pun terbagi dua : taat pemerintah dengan melakukan protokol kesehatan dan tidak percaya bahwa covid-19 ini seganas yang diberitakan. Saya pribadi sih lebih baik memupuk energi positif untuk tetap semangat  menulis hehe…

Pandemi dan Geliat Para Penulis

            Bila mau jujur, Pandemi ini jelas sangat berdampak pada semua sektor, termasuk dunia tulis menulis. Tak sedikit penerbit mayor yang memutuskan untuk vaccum /istirahat dari menerbitkan buku. Bahkan ada beberapa penerbit yang mengembalikan naskah pada penulis, karena tak lagi berkenan menerbitkan dalam bentuk buku cetak. Apa pasal? Ya karena daya beli masyarakat akan buku menurun. Bahkan bisa dibilang kunjungan masyarakat ke toko buku, nyaris tak ada lagi. Hal ini dikarenakan faktor kebijakan PSBB hingga masyarakat lebih memprioritaskan urusan makan dan Kesehatan.

            Yang masih berkenan membeli buku bacaan mungkin saat ini bisa dibilang sangat menurun dari sebelum pandemi. Walau begitu, geliat membeli buku lewat online sepertinya masih menjanjikan. Saat tidak boleh keluar rumah, solusinya memang beli online. Sayangnya, tak semua penerbit juga “mujur” di jalur ini. Tetap saja kurang menjanjikan. Makanya, sementara waktu beberapa panerbit besar menutup diri/ tak meng -ACC naskah penulis dulu hingga waktu tak ditentukan. Bahkan yang dalam proses pun terpaksa dihentikan hingga waktu yang tak tentu juga.

            Sebagian penulis tentu saja akhirnya juga menurunkan produktivitasnya, terutama bagi mereka yang terbiasa menerbitkan buku di penerbit mayor. Walau begitu, bagi Sebagian yang lainnya tetap pada struggle dengan terus menulis, apa pun keadaannya.

Menjaga semangat menulis

            Memang tak mudah menulis dalam keadaan seperti sekarang. Nulis dan nulis tapi entah kemanakan itu tulisannya? Mau diterbitkan dimana? Mungkin itu yang menjadi ganjalan para penulis. Tetapi bagi saya pribadi menulis adalah panggilan hati, ketika tak menulis rasanya ada yang kurang.

            Bagaimana sih cara menjaga semangat menulis saat pandemi ini?

1.      Cek lagi Niat menulis

Seorang Editor salah satu Penerbit Mayor berkata, “kalau sudah cinta, apa pun yang terjadi akan tetap menulis. Maka rasa cinta menulis itu adalah anugerah, tak semua memiliki rasa itu.”

Ya, cinta memang berat, biar aku saja hehe. Jika sudah cinta apa pun yang terjadi akan tetap  semangat menulis. Hal ini juga bisa dikuatkan dengan niat kita berbagi ilmu /sedekah ilmu. Niat menjadi penulis memang sangat perlu, hal ini akan membuat kita terus semangat menulis apa pun yang terjadi.  Bagi yang sudah cinta bahkan menulis itu bukan soal fee atau dibayar atau royaltian, tapi lebih dari itu. Serasa ada yang kurang saja jika tak melakukannya.

2.      Coba Lirik Jalur Indie atau Self Publishing

Dari salah satu Editor saya juga mendapatkan informasi ternyata penerbitan indie atau self publishing juga menguntungkan lo. Apalagi saat ini penerbit mayor sedang lesu/tidak menerima naskah. Banyak lo penulis yang tak kalah sukses lewat jalur indie. Seperti halnya Dee Lestari atau penulis hebat lainnya yang memanfaatkan penerbit Indie. Kuncinya adalah dua : Tulisan yang oke punya dan branding penulisnya. Jika du aitu sudah tercapai, insya Allah akan best seller terus bukunya.

Oh iya, menerbitkan di indie atau self publishing lebih menguntungkan dari segi royalti, karena biasanya memberikan persen royalti lebih besar dari penerbit mayor. Bahkan ada lo yang mendapatkan royalti 100%. Tentu saja ini memberikan keuntungan lebih untuk penulis, dengan catatan yaitu tadi syaratnya ada dua.

3.      Cobalah ikut menulis di Jalur Platform Digital

Saat ini memang sedang marak platform digital ya. Hal ini tidak lain karena pembaca sudah mulai melirik bacaan ebook atau semacamnya.  Banyak platform digital yang kini menjanjikan penghasilan yang lumayan juga. Semakin banyak yang baca, semakin banyak penghasilan penulis.

Contoh tempat menulis digital : cabaca, storial, kwiku, kbm app, dll.

Nah, cobalah untuk menulis di platform tersebut.

4.      Ikutilah Training-Training Online

Ini kelas diseleggarakan Mbak Mutiara Fhatrina dengan saya sebagai Narsum, tanggal fix-nya adalah 15-16 Oktober.

Ikut training menulis juga akan membuat kita makin semangat. Sekarang marak diadakan training online dan itu sangat berguna untuk tetap menjaga semangat menulis. Mungkin teman-teman bisa juga ikut training yang di luar zona nyaman, agar mendapatkan ilmu dan semangat baru.

5.      Bergabung dalam Komunitas Menulis

Berkomunitas sangatlah bermanfaat bagi penulis. Sekarang banyak bertebaran komunitas menulis online di media sosial. Masuklah ke sana dan aktif di dalamnya. Selain menambah ilmu, berlatih juga mendapatkan relasi satu passion.

6.      Saatnya Meningkatkan Branding Diri

Saat sekarang penulis bukan hanya dituntut bisa menulis, juga bisa membranding diri. Penulis yang disukai penerbit adalah penulis yang juga bisa menjual tulisannya. Karena memiliki nilai plus ini, saat keadaan seperti sekarang, dia tetap akan produktif dan bukunya kemungkinan besar tetap laku, karena sudah punya pasar /audience.

7.      Ikut Lomba

Lomba menulis tentu saja memiliki andil sendiri dalam meningkatkan semangat. Ketika di hadapkan pada sebuah lomba yang berhadiah lumayan, penulis terpacu untuk ikutan. Ini tentu saja sangat bermanfaat, bukan saja soal uang yang akan didapat tapi juga latihan dan usahanya. Kalau pun kalah, tetap menyenangkan karena sesungguhnya dengan ikutan lomba juga anda telah menang.

8.      Jangan lupa rehat dan nikmati hobi

Saat sudah suntuk dan capek, istirahatlah. Nikmati hobi lain yang akan meningkatkan kembali semangat. Beri reward pada diri sendiri jika sebuah tulisan selesai dibuat. Apa saja yang membuat anda senang. 

            Nah, itulah cara menjaga semangat menulis agar tetap menyala dan tak berhenti karena alasan pandemi. Ini dibuat berdasarkan pribadi diri sendiri yang juga berusaha tetap konsisten menulis. Alhamdulillah tanpa diduga, saat pandemi ini buku saya malah ada beberapa terbit di penerbit Ziyad Visi Media terutama. Yang pertama buku seri Masterkids (Meneladani Sifat dan Karakter Rasulullah), kedua seri Shahabiyyah dan ketiga yang masih sedang masa PRE ORDER adalah buku seri Amazing Ilmuwan Muslim Mendunia. Berhadiah kaos yang nyaman dipakai. PO masih bisa sampai tanggal 28 September (diperpanjang alhamdulillah). Jika berkenan ikut PO buku anak Ilmuwan Muslim mendunia silakan hubungi saya (wa : 08113032340).

            Selamat siang dan terima kasih.

 

 

 

 

           

 

Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon