Sabtu, 20 Januari 2024

Kisah Perjalanan Umroh Bersama Keluarga (Part 1)

Tags

 





Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Alhamdulillah wa syukurillah, kami sekeluarga (saya, suami dan dua anak kami) baru saja selesai menjalankan ibadah umroh pada bulan September 2022. Sangat bersyukur akhirnya kami bisa merealisasikan salah satu goal impian keluarga di tahun 2022 itu. 

Seperti yang sudah saya sebutkan, ibadah umroh ini memang salah satu impian kami, terutama saya, yang telah sejak lama berharap akan segera berangkat ke tanah suci dan kalau bisa seluruh keluarga. Ceritanya, tahun 2020, saat itu pandemi korona mencapai puncak hingga ibadah umroh dan haji diberhentikan sementara waktu. Pemerintah Arab Saudi tidak mau mengambil resiko karena memang virus sedang massive menularkannya. Saya saat itu sangat sedih, berlinang air mata seraya berkata pada Allah SWT, "ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jika pandemi sudah membaik dan pemerintah Arab Saudi membuka kembali kedatangan umat Islam yang hendak ibadah umroh/Haji, izinkan saya dan keluarga berangkat ke Baitullah. Panggillah kami ya Allah." Saya memang sangat ingin untuk ibadah umroh/Haji, selalu berdoa di usia 40 tahun sudah bisa ke Baitullah. 

Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Bulan Januari tahun 2022, tepat usia saya 40 tahun, pintu ke Baitullah sudah dibuka. Qodarullah, saya melihat postingan instagram sebuah travel dengan ambasaddor Ustadzah Oki Setiana Dewi. Saya mulai mencari tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan. Saya DM mimin instagramnya dan langsung dihubungkan ke agen travel terdekat. Saya mulai wa an dan bahkan datang ke kantor mereka. Atas izin Allah, hati saya sangat bulat, harus jadi berangkat.

Saya waktu itu hanya memiliki dana untuk dua orang saja, itu pun sebenarnya masih kurang. Saya hanya bisa cover si bungsu, karena saya nggak mungkin meninggalkan dia (maklum anak saya itu belum bisa pisah dari saya) pasti sangat sedih kalau saya tinggalkan. Dan saya pun pasti akan kepikiran. Sebagai perantau, tidak mudah menitipkan anak ke saudara/keluarga, karena anak saya pun nggak biasa dititipkan.

Saya lalu menghubungi suami by wa juga, karena suami kerja. Saya langsung tembak, "saya mau daftarkan kita sekeluarga untuk umroh bulan September tahun ini (2022). Saya akan bayar depe untuk berempat. kita masih punya waktu untuk mengumpulkan uang sampai September nanti." Tentu saja suami saya kaget namun pasti hatinya happy. Alhamdulillah suami setuju. Depe pun saya bayar masing-masing 5 juta sebagai tanda jadi. Baru sampai gitu aja, saya sudah sangat terharu sampai menangis luar biasa. Saya sangat berterima kasih pada Allah Swt atas jalan yang dimudahkan. 

Lalu, Saya bilang lagi ke suami, "saya hanya punya uang cukup untuk ongkos dua orang, kamu punya nggak untuk 2 orang lagi?"

Bersyukur, setelah lama menghitung kemungkinan, menimbang ini itu, tabungan suami pun hampir cukup untuk 2 orang. Saya memang setiap bulan diberi uang sebanyak tertentu, tidak mengelola semua uang. Jadi kami masing-masing memiliki tabungan. 

Persiapan yang Menguras Tenaga dan Mental

 Saya sejak menikah merantau di Jawa Timur. Saya asli lahir dan besar di Tasikmalaya, Jawa Barat. Saya langsung mandiri sejak awal dan memutuskan tak menitipkan anak-anak ke orangtua, kecuali orangtua yang datang saat lahiran, itu pun hanya sebentar. Jadi ketika akan bepergian lama dan jauh, saya tentu harus membawa serta anak-anak (anak pertama usia 14 tahun, anak kedua usia 9 tahun). Walau sudah pada besar, saya tak serta merta bisa begitu saja meninggalkan keduanya. Jadi, sejak awal sudah saya pikirkan akan membawa kedua anak saya, semoga ada rezekinya. Bismillah semoga perjalanan itu membawa kebaikan juga untuk kedua anak saya, aamiin. 

Sejak menitipkan depe, hati saya sungguh tak tenang. Ini pengalaman pertama saya dan keluarga. Sungguh masih sangat remang-remang membayangkan perjalanan umroh ini. Walau pun sudah banyak baca  dan nonton referensinya. 

Selain uang untuk membayar sisa depe, kami (terutama saya) juga harus persiapan perlengkapan sekeluarga dan pastinya mental serta ilmu. Saya sebenarnya ada rasa takut menghadapi perjalanan ini, namun semua perasaan itu perlahan menghilang diganti dengan kebahagiaan membuncah menerima undangan khusus dari Allah Swt. 

Dibantu oleh informasi dari travel, saya pun mulai membuat list apa saja yang akan dibawa. Ini sangat membantu saya agar tidak overthinking. Sedikit demi sedikit saya mengumpulkan barang-barang yang diperlukan untuk saya dan anak bungsu saya. Saya juga banyak membaca tentang umroh dan ilmu-ilmunya. 

Hal yang tidak boleh disepelekan adalah kesehatan fisik. Perjalanan ini membutuhkan fisik yang prima, karena kan mengandalkan kekuatan tubuh, terutama kaki. Dengan banyaknya yang harus dipikirkan, saya dan suami harus berusaha memenej semua agar tak stres yang akhirnya berimbas ke fisik. Kami coba menjalaninya prosesnya dengan enjoy. Kami menjadwalkan latihan jalan setiap seminggu sekali, terutama untuk saya yang kala itu masih memiliki BB berlebih dan suami serta  si bungsu yang jarang berjalan kaki jauh. Untuk si Kakak sudah pasti kuat insya Allah. Ini salah satu proses yang bagi saya menyenangkan.




Untuk saya yang perdana, masih serba bingung takut ada yang salah dan kurang. Saya coba bertanya pada beberapa teman yang sudah duluan berangkat umroh. Ternyata, jawaban teman-teman itu berbeda-beda. Contohnya soal bawa baju ada yang bilang jangan banyak-banyak, bisa beli di sana karena nggak mahal juga, daripada berat. Ada juga yang bilang bawa aja yang cukup, karena takut kena najis dll. Tentu ini juga memberikan kebingungan tersendiri. 

Semaksimal apa pun menekan stres, saya tetap merasa sangat lelah jiwa raga. Capek banget persiapan dan mengingat banyak hal agar tidak salah nantinya. Alhamdulillah meski lelah banget, saya berhasil packing 2 koper besar dan 2 koper kecil (saya dan anak bungsu). Suami dan Kakak packing sendiri alhamdulillah. 

Seberapa pun bigungnya, tapi saya berani jamin Anda yang pertama kali akan umroh seperti saya waktu itu, pasti akan mendapatkan solusi. Jangan khawatir, ada Allah. Mintalah sama Allah bahkan untuk hal-hal yang kita anggap remeh sekali pun. 

Tips dalam packing : 

1. Buatlah list barang

2. Bawa pakaian secukupnya, jika berencana beli berarti bawa sedikit. 

3. Bawa Mukena lebih dari dua, apalagi jika shalatnya ingin selalu pakai mukena. Kadang juga mukena dipakai saat ibadah umroh. 

4. Pakaian dalam yang banyak, kalau saya nggak sempat cuci jadi bawa banyak, kan kecil juga.

5. Kaos kaki juga bawa banyak

6. Sarung tangan jangan lupa bawa beberapa, karena saat umroh kan harus mengangkat tangan menghadap Ka'bah. 

7. Jangan lupa sunscreen, karena di sana panas (lihat bulannya musim panas atau nggak). 

8. Kacamata hitam anti uv, topi, dan payung juga bermanfaat. Keresek juga bawa karena di sana nggak ada keresek. 

9. obat-obatan pribadi, suplemen, dan pil penunda haid. 

10. Sandal jangan lupa yang ringan saja, karena sering masuk ke tas. 

11. Tumbler minum, untuk air zam zam tiap hari. Jangan lupa ambil yang hangat ya, jangan yang dingin bisa bikin batuk, karena cuaca panas. 

12. Jika masih muat boleh bawa makanan dari Indonesia, tapi di sana juga enak-enak kok makanannnya, sehari 3 kali disediakan dan masih bisa jajan juga (mall atau tempat khusus kuliner). Jangan khawatir soal makanan ya. 

 

Manasik Umroh 

Bagi kami sekelurga manasi umroh ini sangat dinanti. Oleh travel, kami dimasukkan grup dengan leader seorang perempuan sudah berumur namun sangat aktif dan gesit, Umi Saroh dari Sumibito, Jombang. Sejak pembuatan paspor dan ketemu pertama kali, saya langsung suka sama beliau. Alhamdulillah beliau sosok yang sangat humble, baik dan membantu kami. Umi Saroh ini setiap tahun pergi umroh, masya Allah sekali. Beliau sangat aktif mencari teman-teman yang berniat umroh dan begitu melayaninya dengan baik. Beliau juga melaksanakan nazar, setelah suaminya meninggal ingin berangkat umroh tiap tahun, dan beliau menepati nazarnya. 



Kami sekeluarga satu grup dengan orang-orang dari Jombang. Pada umumnya semua sudah berumur, paling muda tentu saja anak-anak saya. Namun justru beliau-beliau itu sangat baik, sangat memaklumi dan baik hati. Mereka walau sepuh sangat kuat dan gesit dalam berjalan kaki. Masya Allah. Saya yang muda kadang merasa malu kalau merasa capek apalagi ngeluh. 

Manasik umroh dilakukan di sebuah Pondok pesantren pimpinan KH Sodikin di Mojokerto. Dan kelompok Umi Saroh disatukan dengan kelompk Pak Yai. Alhamdulillah pelaksanaanya dipandu Pak yai dengan jelas dan mudah dipahami. Pak Yai sama dengan Umi Saroh sering berangkat untuk memimpin kelompoknya. Anak-anak saya pun sangat antusias melakukannya. 




Setelah manasik, selalu dibahas ilmu-ilmu baru yang akan sangat bermanfaat jika ingin melakukan sesuatu hal yang besar pahalanya. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan sampai masalah sepele seperti sandal/payung dll. Seperti saat di Raudhah, dan lain-lain. Ini sangat membantu saya dalam hal menguatkan mental. 



Alhamdulillah, itulah kisah part 1 perjalanan umroh kami sekeluarga, semoga ada manfaatnya. Bukan untuk pamer, hanya untuk menyimpan kenangan dan mudah-mudahan dapat memberikan semangat dan solusi bagi sahabat yang juga ingin berangkat umroh bersama keluarga tercinta. Kesimpulannya jika sudah niat umroh :

1. Segera cari tahu travel yang ingin dipakai dan datangi

2. Lihat tabungan, dan jika memungkin bayar depe agak jauh dari keberangkatan hingga kita bisa nabung dulu sisanya. 

3. Minta selalu sama Allah agar diberikan rezeki, kelancaran dalam segala hal

4. Ikhtiar lebih lagi dengan niat uangnya untuk umroh sekeluarga

5. Yakini/imani bahwa semua akan nyata/terjadi karena Allah

Semoga Allah mudahkan semuanya, aamiin yaa mujibassailiin. 


Wassalam, 

Yeti Nurmayati. 

Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon