Jumat, 13 Maret 2020

5 Hal Penting yang Wajib Diperhatikan Saat Membuat Cerita Anak



Selamat sore….


          Mana nih para penulis buku anak? Cung cung…
        Penulis cerita anak kian hari semakin banyak ya? Benar nggak sih? Alhamdulillah dong ya, agar anak-anak Indonesia semakin semangat baca dengan ide-ide segar para penulis yang semakin beragam itu. Banyak penulis, banyak buku, banyak tema, banyak pilihan untuk anak-anak. Kan katanya penjualan buku anak masih mendominasi di hampir semua penerbit. Makanya apa pun itu, yang penting ayo semangat menulis!

          Lalu tak sedikit yang mulai belajar atau berniat terjun sebagai penulis buku anak bertanya, “gampang nggak sih membuat cerita anak?” Gampang nggak ya? Ayo jawab hihi…
          Bagi sebagian orang terutama yang sudah betah nulis panjang, semisal novel, menulis cerita anak katanya susah. Lebih gampang menulis novel katanya. Iya sih, menulis cerita anak itu gampang-gampang susah kalau menurut saya. Kalau sekadar nulis, ya bisa saja. Tapi, kan harus bertanggungjawab terhadap tulisannya. Ada juga orang yang menggampangkan kalau menulis buku anak itu mudah banget katanya. Tidak perlu pakai sastra-sastraan katanya. Bagaimana menurut kamu? Silakan coba saja dulu buat ya.

Baca juga : 

Ketika Naskah Kamu Tak Kunjung Diterbitkan, Jangan Baper!

          Menulis cerita anak bagi saya yang masih belajar ini lumayan harus memeras otak, keringat dan air mata wkwk (lebay). Iya, untuk menuliskan satu cerita anak yang apik, perlu beberapa hari pada awalnya. Tetapi saat ini sudah lumayan sih, walau pun masih harus sering edit dan edit hingga oke. Memang diperlukan latihan yang terus menerus hingga terbiasa dan memiliki ciri khas pastinya.

          Pada postingan blog kali ini, saya akan mencoba memberikan sedikit informasi yang saya ketahui tentang penulisan cerita anak. Tetapi, sebelumnya mari kita satukan visi misi (et dah) tentang maksud dari cerita anak. Jadi, cerita anak yang saya maksud ini lebih ke cerpen anak kali ya. Atau guru saya menyebutnya cerpen realis (nyata). Artinya cerita anak dengan tokoh anak dan mengupas masalah yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada magic-magican atau keajaiban, bukan fantasi, benar-benar real kehidupan sehari-hari. Contohnya : Cerita yang sering muncul di majalah Bobo, Solo Pos atau buku-buku yang memang menuliskan cerita sehari-hari anak.
          Oh iya, saya pernah membuat sepuluh cerpen realis tapi untuk anak muslim. Di dalam buku Cerita-cerita Sains Terbaik dari Hadist Nabi penerbit Quanta Kids (Elex Media Kompitindo), saya menuliskan sepuluh kisah anak sehari-hari tetapi saya hubungkan dengan hadist Nabi. Ada Daffa si anak yang doyan makan, ada Salwa sang kakak yang pemarah. Semua tokohnya sama tiap cerita, namun setting, konflik, alur berbeda. Setiap akhir cerita saya sertakan hadist dan fakta sains berdasarkan hadist nabi. Kalau mau tahu bukunya, silakan tanyakan di Gramedia ya (promosi).



          Lalu, apa saja sih yang harus diperhatikan saat membuat cerita anak? Setidaknya saya memiliki lima hal yang mau saya kupas agar cerita anak kamu menarik. Apa saja itu?

1.     Tema yang cocok untuk anak
Tema yang diangkat haruslah yang ramah anak. Yang sinkron dengan pengetahuan anak. Jangan sampai kalian menulis cerita tema dewasa seperti Cinta Segitiga Yeti Vs Suami Vs Shahrukh Khan misalnya. Atau cerita remaja bahkan drama keluarga. Jangan. Buatlah cerita anak yang menghibur, memiliki makna atau hikmah kebaikan, serta dapat dipahami anak pastinya. Konfliknya pun harus yang biasa dialami anak dalam kesehariannya. Tapi jangan pula mengambil tema liburan ke rumah nenek melulu (sudah zaman milenial, nenek zaman sekarang yang jalan-jalan ke rumah cucunya). Ide itu banyak, apa pun masalahnya bisa dibuatkan cerita.
Nah karena itu, penulis anak memang sebaiknya memposisikan dirinya sebagai anak-anak saat menuliskan cerita. Agar tidak ada nasihat-nasihat yang biasanya muncul dan terkesan menggurui (namanya juga emak-emak ya, bawaannya ingin menasihati apalagi jika membayangkan anak sendiri yang membacanya)
2.    Alur tidak maju mundur
Memangnya Princes Syahrini ya maju mundur cantik. Jika kalian terbiasa membuat alur cerita maju lalu mundur ke sepuluh tahun silam, dalam cerita anak itu lebih baik dihindari. Bagi anak itu cukup membingungkan. Sebaiknya pakailah alur maju, maju dan maju. Biarlah masa lalu menjadi kenangan terindah. Jangan diungkit-ungkit ya.
3.    Bahasa yang dimengerti anak
Untuk cerita anak sebaiknya memakai bahasa yang bisa dimengerti anak. Tergantung target pembaca sih, apakah untuk anak SD kelas bawah atau kelas atas. Penulis harus paham, agar tidak memunculkan kata-kata “aneh” saat anak membacanya dan tidak menimbulkan makna ambigu juga. Dalam beberapa buku biasanya ada penambahan halaman khusus (glosarium) yang menjelaskan pengertian dari kata baru yang muncul. Ini boleh saja agar anak lebih paham.
Untuk majas atau perumpamaan sebaiknya dihindari, apalagi bahasa alay. Jangan.
4.    Kalimat tidak terlalu panjang
Ini tergantung target pembaca sih ya. Ada yang mengatakan jika untuk anak SD kelas bawah maksimal 13 kata per kalimat dan untuk anak SD kelas atas mungkin bisa lebih dari itu. Hal ini untuk memberikan kenyamanan, agar anak tidak mudah capek juga dan akhirnya malas melanjutkan bacanya. Kalimat terlalu panjang juga terkadang menimbulkan makna yang lain bagi anak.
5.    Cerita tidak berbelit-belit dan bertele-tele.
Ini penting apalagi di awal-awal pragraf. Jangan sampai hal-hal tidak penting yang tidak ada hubungannya dengan cerita muncul. Lebih baik langsung saja ke pengenalan konflik. Walau pun ada, sebaiknya hanya sedikit semisal perkenalan tokoh atau setting. Awalan yang sudah kuno sebaiknya dihindari, semisal : “Pada zaman dahulu kala…. Dst” Sudah zaman milenial dong, ganti.
Selanjutnya hindari membelit-belitkan cerita (hadoh bahasanya piye iki). Apalagi tidak konsisten baik itu dalam konflik, POV maupun nama tokoh. Buatlah cerita anak yang sederhana, namun berkesan mendalam. Untuk ending boleh kok pakai twist plot, asal tetap masuk akal.


Bagaimana, sudah paham belum? Kalau ada yang ditanyakan boleh komentar di kolom komentar ya. Jangan lupa untuk selalu berlatih membuat cerita anak, karena tak ada guru yang lebih baik dari latihan hihi… semakin sering berlatih, apalagi mendapatkan masukan dari senior, insya Allah semakin membuat karya kalian lebih mantap.

Itulah sedikit sharing saya tentang hal penting yang wajib diperhatikan saat akan menuliskan cerita anak. Jika ada yang ingin menambahkan sangat diharapkan. Dan jika ada yang kurang tepat juga mohon koreksinya. Semoga ada manfaatnya.

Salam hangat dari Kota Mojokerto sehangat kue onde-onde.
13 Maret 2020.


Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon