Minggu, 05 April 2020

Catatan Pandemi Corona Bagian 1

Pic by Canva


Postingan ini adalah salah satu catatan yang dihimpun saya dari berbagai media yang saya baca saat terjadi Pandemi Corona di Dunia. Saya sebagai warga Indonesia ingin mengabadikan apa yang terjadi versi saya saat terjadi pandemi Corona, untuk pengalaman dan pembelajaran kelak jika anak atau cucu saya baca hehe.



Suatu hari sekitar bulan Februari 2020 saya tanpa sengaja menyimak berita di saluran BBC News yang melaporkan adanya virus yang merepotkan masyarakat Wuhan, China (iya, biasanya nggak pernah nonton BBC). Virus itu sebetulnya menyerang masyarakat Wuhan sejak bulan Desember 2019. Berbagai penyebab pun mencuat, ada yang menyebut karena masyarakat di sana suka makan kelelawar. Walau pun kemudian bermunculan teori-teori yang menyebut penyebab munculnya virus corona atau Covid-19. 

Pada saat itu saya tidak begitu khawatir, karena perkiraan saya virus itu paling hanya terjadi di negera China. Dan, saya tahu betul kehebatan dan kekayaan Negara China. Untuk memmerangi virus pastinya mereka sangat bisa. Hingga suatu hari ada sebuah broadcast di wa yang membahas virus corona di Wuhan dan ternyata virus itu mematikan.

Tak berapa lama setelah berita itu, kota Wuhan pun melakukan keputusan lockdown agar penyebaran virus tidak sampai keluar kota. Tetapi itu ternyata tak serta merta memutus mata rantai penyebaran, karena siapa pun yang pernah kontak dengan penderita atau carier (pembawa virus tapi tidak sakit), diduga positif infeksi virus. Apalagi masa inkubasi virus yang lumayan lama sekitar 5-14 hari. Artinya, yang pernah ke Wuhan dan kontak dengan penderita covid-19 bisa saja belum menunjukkan gejala dan ternyata dia membawa virus (carier).

Masalah semakin tidak biasa, saat virus itu menyerang warga Italy. Hingga WHO pun menyatakan bahwa dunia Pandemi Corona. Diberitakan, Negara Italy sebetulmya sudah menghimbau warganya untuk tetap di rumah dan menjaga jarak (social distancing), tetapi ada beberapa anak muda yang tak peduli. Mereka berpiknik, berpesta, hingga wabah menyebar kemana-mana. Korban terus berjatuhan, Italy pun memutuskan lockdown negaranya.

Beberap Negara memutuskan untuk lockdown, termasuk Singapura dan Malaysia. Mereka tidak membolehkan siapa pun untuk datang dan pergi dari negaranya. Sementara itu, di Negara sendiri Indonesia saya menyaksikan sendiri pemerintah kurang persiapan bahkan terkesan meremehkan akan bahaya virus corona. Lebih tidak saya pahami lagi, pemerintah malah melakukan promosi pariwisata besar-besaran dengan banyak diskon. Mungkin niatnya baik, ingin menggebrak sector pariwisata dan bisa jadi sudah melalui persiapan yang lama, makanya tetap digelar. Siapa sangka ternyata corona tak bisa dianggap remeh temeh.

Keremehtemehan corona jelas tampak saat ada tiga warga Depok yang positif Corona setelah kontak dengan warga Jepang. Lalu tak lama setelah itu, salah satu mentri pun dinyatakan positif corona setelah menjemput WNA di pelabuhan. Lalu dilanjutkan dengan mentri yang lainnya hingga ada seorang walikota juga positif corona pasca kunjungan kerja ke luar negeri. Keadaan Indonesia kian semrawut dan tegang, saat ada beberapa dokter yang akhirnya harus meregang nyawa karena ketidaksiapan Alat Pelindung Diri yang ada di RS. APD yang mestinya siap sebagai alat tempur tenaga kesehatan, ternyata sulit dicari. Bukan saja karena tidak menyiapkan, tapi juga karena masyarakat memborong semua alat kesehatan yang semestinya untuk tenaga kesehatan.

Anjuran pemerintah untuk memakai masker, ternyata berbuah boomerang bagi tenaga kesehatan. Masyarakat berebut membeli bahkan banyak di antaranya yang menimbun masker yang diperuntukan bagi tenaga kesehatan. Masker pun melambung harganya dan menjadi barang yang langka. Kalau pun ada mahal harganya. Saya pernah ditawari satu box isi 50 haraganya 500 ribu, padahal asilnya harganya 50ribu. Ada yang bilang kelangkaan masker juga terjadi karena pemerintah sebelumnya telah mengekspor masker untuk membantu warga China. Wallohu a’lam ya, jika benar sih nggak apa-apa membantu, yang penting tetap ada untuk warga kita sendiri ye kan?

Belum lagi soal makser selesai, lanjut ke masalah hand sanitiser yang langka. Alkohol pun meyusul hingga desinfektan serta bahan-bahan pembuatnya. Padahal, semua barang itu sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan di RS/Puskesmas. Dalam keadaan seperti itu, masyarakat pun digempur dengan permasalah berita-berita hoax yang setiap hari menghiasi media sosial dan grup-grup wa. Masyarakat dihantui ketakutan.



Ketika sudah mulai serius dan tegang, barulah pemerintah mengambil sikap untuk meliburkan anak-anak sekolah mulai dari Paud hingga Perguruan Tinggi (PT). Mereka pun menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing dan diam di rumah. Hal ini untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus. School from home menjadi pilihan, begitu pun dengan orang tua harus work from home. Sejak tanggal 16 Maret 2020 hingga saat catatan ini ditulis (5 April 2020), sekolah masih libur /SFH. Ini sejarah baru dalam dunia pendidikan Indonesia dan juga dunia, libur sangat lama karena wabah. Tetapi ternyata pekerja tidak semuanya bisa dirumahkan termasuk suami saya, tetap saja harus berangkat kerja dengan peningkatan kesadaran social distancing juga memakai masker dan selalu pakai hand sanitizer.

pic by canva

Tanggal 11 Maret adalah tanggal yang penting bagi WHO. Pada hari itu WHO menyatakan dunia sedang dilanda Pandemi atau Wabah Coronavirus. WHO pun merilis banyak cara untuk mengatasi penyebaran virus itu dengan selalu cuci tangan pakai sabun, jika keluar pakai hand sanitizer dan jangan lupa pakai masker.

Saat ini, ada 2000 lebih penduduk Indonesia yang dinyatakan positif covid-19. Ratusan yang meninggal dan ratusan pula yang sembuh. Pemerintah Indonesia tak melakukan antisipasi lockdown seperti yang disuarakan sebagian masyarakat, karena menurut mereka itu tidak akan efektif. Meski pun banyak usulan untuk lockdown agar WNA tak bisa datang ke Indonesia, tetapi tak membuat pemerintah mau menerima usulan itu. Akhirnya setelah adanya himbauan untuk social distancing dan diam di rumah saja, pemerintah memutuskan agar masyarakat melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). PSBB akan saya ulas nanti di postingan blog selanjutnya, karena cukup panjang ada 6 poin kalau tidak salah.

Sebelum PSBB, ada juga usulan yang muncul, yaitu karantina wilayah. Lockdown dan karantina wilayah katanya berbeda, walau pun pada prakteknya hampir sama. Tapi kemudian usulan karantina wilayah juga tak mendapat respon. Adalah Kota Tegal yang melakukan lockdown lokal, setelah sebelumnya Gubernur Jakarta terlebih dahulu melakukannya, walau pada akhirnya keduanya mendapat teguran dari pemerintah pusat. Katanya menurut aturan, lockdown itu wewenang pusat.

Tidak berhenti sampai situ, lockdown merebak hingga ke perkampungan, kompleks dan perumahan. Ada banyak kampung, perumahan dan kompleks yang melakukan lockdown lokal, walau pun kemudian didatangi aparat keamanan. Iya, solusi pemerintah saat ini masih PSBB bukan lockdown. Persoalan pun kian meruncing dengan adanya arus mudik dari daerah epicentrum virus, Jakarta. Jika ini terus dibiarkan, maka sudah dapat dipastikan virus akan terus menyebar kemana-mana bahkan hingga ke kampung-kampung. Wapres didesak untuk megeluarkan fatwa haram Mudik! Akankah itu terjadi? Kita lihat saja ya.

Itu saja dulu catatan dari saya. Selanjutnya saya akan bahas soal APD, PSBB, Warna Warni SFH, Suka duka WFH, istilah-istilah yang sedang popular saat pandemic coronam hikmah-hikmah dibalik pandemic Corona, dan lain-lain. Mari kita akhiri catatan ini dengan perasaan optimis, saya yakin pandemi corona ini akan segera berakhir. Saya yakin juga Allah Maha Melindungi hambanya, oleh karena itu marilah untuk terus mendekatkan diri pada-Nya. Oh iya, jika ada kesalahan dalam catatan saya, silakan komentar di bawah, akan saya koreksi. Terima kasih.


Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon