Jumat, 21 April 2017

Kenapa Harus Kartini, Bukan Cut Nyak Dien?

Tags


        Hari ini spesial sekali bagi rakyat Indonesia. Hari ini hari lahir R.A Kartini yang selalu dirayakan oleh seluruh masyarakat dengan berbagai selebrasi yang menarik. Begitu pula dengan anak saya Azis yang dari pagi sibuk dengan baju beskap khas Jawa. Ya, sebagian besar masyarakat Indonesia selalu memperingati hari Kartini dengan menonjolkan sisi pakaian adat.  Itulah yang setidaknya penulis lihat kemarin di setiap persewaan baju adat penuh sesak oleh ibu-ibu yang memilih baju untuk anak-anaknya.


            Sebuah pertanyaan besar sering kali muncul ketika memeperingati hari Kartini yang dikenang sedemikian rupa oleh rakyatnya. Kenapa hanya Kartini? lalu dimanakah pahlawan-pahlawan wanita lainnya seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Cut Meutia dan lain-lain? Apakah mereka tak sehebat Kartini? Apa yang menjadi kelebihan Kartini dibanding mereka?



            Dari berbagai sumber penulis menyimpulkan, Kartini adalah seorang bangsawan yang terdidik pada zamannya. Meskipun ada adat pingitan yang beliau lakoni pada usia mulai dua belas tahun hingga menjelang menikah, namun pikirannya bebas menyerap berbagai ilmu dari buku atau koran yang dikirim ke rumahnya. Buku, koran ataupun surat dari sahabat penanya di Belanda adalah informasi yang cukup membuat kartini berpikiran terbuka. Kemudian beliau rutin mengirim surat kepada sahabat penanya di Belanda, yaitu Rosa Abendanon. Beliau belajar tentang arti kesetaraan dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran untuk kaum perempuan di Belanda.
            Segala pemikirannya, Beliau tuangkan dalam surat-surat kepada sahabatnya itu. Kumpulan dari surat Kartini tersebut kemudian dibukukan dan diterbitkan dalam bahasa belanda, tidak lama kemudian juga diterbitkan dalam bahasa inggris, dan akhirnya diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Habis Gelap, Terbitlah Terang”. Hingga kemudian pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan itu, berdampak sangat luar biasa terutama untuk kaum perempuan. Perempuan akhirnya mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di negeri ini.
            Jadi, kenapa Kartini lebih dikenang daripada pahlawan wanita lainnya? Jawabannya sederhana, karena Kartini menulis! “Ya, dengan menulis Anda sedang mengukir sejarahmu sendiri,” begitu kata seorang Founder Komunita Menulis Online (KMO) Tendi Murti. Hasil pemikiran kita yang dituangkan dalam bentuk tulisan akan selalu abadi dibaca oleh orang-orang setelah kita bahkan ketika kita sudah tiada. Maka jika tulisan kita adalah sesuatu yang bermanfaat, kemanfaatannya akan terus di rasakan oleh orang lain. Jadi jangan ragu untuk menjadi penulis, ciptakan sejarahmu sendiri! Belajarlah dari seorang kartini yang terpenjara namun mampu menciptakan sejarahnya sendiri.

            

Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon