Kamis, 12 November 2020

“Revolusi Kebijakan Menerbitkan Buku” di Beberapa Penerbit Mayor yang Sukses Membuat Penulis Kebat-Kebit Saat Pandemi Ini

 

Desain by Canva

 Selamat pagiii…

            Bagaimana kabar menulismu, Sahabat? Bagi penulis buku yang biasa menerbitkan buku di penerbit mayor tentu selama pandemic ini adalah ujian. Bagaimana tidak, banyak penerbit yang memilih berhenti produksi dulu akibat pandemi corona hingga membuat penulis seolah kehilangan gairah. Tak sedikit bahkan yang sudah dalam proses terbit pun dihentikan bahkan dikembalikan kepada penulisnya. Sedih sekali bukan?

Saya termasuk yang disuruh untuk menarik naskah. Dengan mudahnya Editor mempersilakan saya menarik naksah tersebut. Padahal naskah itu sudah saya kirim dan acc dari tahun 2019 yang lalu. Dan, itu adalah naskah pertama saya yang acc di penerbit itu. So, mimpi untuk memiliki buku di penerbit itu, harus dikubur untuk sementara (mudah-mudahan sementara ya, aamiin). 

BACA JUGA

Mengenal Buku Pengayaan dan Cara Buatnya  

Pilih Royalti atau Beli Putus? Begini Penjelasannya!

            Sangat sedih sih, tapi mau bagaimana lagi? Kita paham banget keadaan saat ini. Masyarakat pada umumnya lebih memprioritaskan beli kebutuhan pokok, ketimbang buku. Dan, keadaan ini sukses membuat penerbit “mungkin” kehilangan profit yang selama ini didapat. Lalu keadaan pun tak kunjung membaik, hingga penerbit memutuskan membuat keputusan besar untuk melindungi perusahaan agar tidak sampai gulung tikar pastinya.

Secercah harapan datang, manakala masih ada penerbit yang masih membuka ruang untuk penulis mengirimkan karyanya. Maka berbondong-bondonglah semua mengirim ke sana. Tapi, tak semudah itu. Aturan review semakin ketat, seketat-ketatnya. Bahkan tak sedikit penulis yang akhirnya gigit jari.  

            Padahal jika saya perhatikan tren saat ini, makin banyak penulis baru bermunculan dengan semangat yang luar biasa dan mereka pun tidak “polos”. Banyak harapan dari mereka untuk dapat bisa tembus di penerbit mayor. Maka, pesan saya pada mereka adalah tetaplah semangat menulis, saat sekarang adalah paling tepat menimbun naskah untuk dikirimkan di saat yang tepat.

            Jika membaca judul saya di atas, ada kata “revolusi kebijakan menerbitkan buku”. Apa ya maskudnya?

            Jadi begini, saya akan memaparkan beberapa penerbit mayor yang masih berkenan menerima naskah namun dengan syarat yang mungkin bagi beberap penulis cukup berat, termasuk saya. Tetapi bisa saja bagi penulis yang memang memiliki banyak fans dan pandai menjual bukunya, ini hal biasa saja. Setidaknya ada empat hal yang akan saya paparkan terkait keadaan penerbit mayor saat ini, terutama tentang buku yang akan terbit.

1.      Ada penerbit yang bersedia mencetak buku, dengan catatan penulis mampu menjual sebanyak 500 eksempler buku pada saat Pre Order

2.      Ada juga penerbit yang mensyaratkan penulis untuk menjual atau memesan 300 eks buku saat Pre Order.

3.      Ada juga penerbit yang memberikan kesempatan kepada penulis, tapi reviewnya sangat ketat. Perbandingannya jika yang mengirimkan naskah 50, akan dipilih yang terbaik, 1 naskah saja. Ini masih bisa dikejar oleh penulis, karena tak harus mengeluarkan modal. Tapi ya itu, kemungkinan diterimanya kecil.

4.      Ada juga penerbit yang memberikan proposal rencana penerbitan buku, isinya perjanjian penulis. Intinya penulis harus benar-benar mengirimkan naskah yang unik, yang dibutuhkan pasar saat ini.  Lalu yang paing penting, penulis wajib melakukan promosi besar-besaran setelah bukunya terbit. Saya kira ini yang paling bisa dilakukan bagi yang tak bisa membeli 300-500 eks buku di masa PO. Asal penulis bisa meyakinkan penerbit dengan naskah yang keren dan cara promosi yang keren juga.

Inilah yang saya maksud revolusi kebijakan menerbitkan buku di penerbit mayor. Perubahan yang terkesan besar dan mendasar. Tetapi, mungkin tidak kaget juga bagi sebagian orang, karena sebelumnya juga kebijakan seperti ini sudah ada. Iya memang benar, di beberapa penerbit mayor tak selalu naskah melalui review yang ketat. Sebuah naskah bisa tetap diterbitkan dengan syarat penulis mampu membali/menjual ratusan hingga ribuan bukunya. Tetapi bagi penulis yang regular (umumnya), ini tentu hal baru yang cukup memberatkan. 

Desain by Canva

Peluang Terbit di Penerbit Independen/Indie

            Penerbit indie balakangan ini semakin banyak bermunculan, sejalan dengan meningkatnya keinginan banyak orang menjadi penulis. Setiap penerbit indie tentu memiliki kebijakannya sendiri-sendiri. Dan, semua penulis bisa menerbitkan bukunya di penerbit indie. Sangat mudah prosesnya, tak perlu bersaing dengan penulis lainnya. Semua naskah pasti akan diterbitkan, tetapi anda harus menyiapkan budget untuk membayar jasa penerbitan.

            Walau penerbit kecil, penerbit Indie bisa menjanjikan keuntungan materi bagi anda asal mampu menjual bukunya. Bahkan jika mau dibandingkan dengan penerbit mayor, penerbit indie memberikan penghasilan jauh lebih besar. Jika royalty di penerbit mayor 5-10% saja dari harga buku, di penerbit indie minimal anda akan mendapatkan royalty 30%. Tetapi, terkadang penulis tak melulu mengejar materi katanya, ingin sekali karyanya nongkrong di rak toko buku besar itu. Sebuah kebanggan pastinya saat mampu “bersaing dengan ribuan penulis lain”. Ya, itu balik lagi ke niat dan cita-cita penulis ya.

            Pesan saya, jika mau menerbitkan di penerbit indie, carilah penerbit indie yang terpercaya dan bagus hasil buku terbitnya. Dan ingat, buat naskah sebaik mungkin layaknya akan terbit di mayor. Jangan lupa self editing walau penerbit indie menyedikaan fasilitas edit. Tapi alangkah lebih bagus penulis mampu menulis dengan rapi, bukankah itu juga sebuah pembiasaan yang bagus untuk kemajuan karir menulisnya? Karena naskah yang bagus, walau terbit indie tetap akan menemukan pembacanya. Kepuasan pembaca adalah kunci. Ingat, banyak penulis dunia yang sukses berawal dari menerbitkan indie.

            So, jika penerbit mayor terlalu sulit ditaklukan dan saat ini anda sangat ngebet ingin memiliki buku, kenapa tidak coba menerbitkan indie dan pelan-pelan belajar menjualnya? Semua berawal dari nol, dan jika terus bergerak, insya Allah akan ada hasilnya.

Peluang di Platform Berbayar

            Platform menulis berbayar juga kini makin menjamur. Banyak penulis yang memang memfokuskan diri menulis di sana. Cukup menggiurkan sih, secara di sana dibayar berdasarkan view pembaca. Jika anda memiliki novel bagus atau tulisan apa pun yang sekiranya cocok untuk terbit di platform menulis  tersebut, kirimlah ke sana. Banyak penulis yang sudah meraup keuntungan jutaan lewat platform menulis ini.

            Beberapa di antara platform menulis yang kini sedang hits, adalah : Wattpad (sudah ada yang berbayar), Storial.co, Cabaca, Novelme, KBM App, Kwiku, Sweek, dan lain-lain. Jika memang membutuhkan tambahan materi dari menulis, ya cobalah masukan karya ke platform-platform menulis itu.

            Itu saja ulasan saya tentang keadaan penerbit mayor saat ini. Berdasarkan pengetahuan saya saja yang masih terbatas pastinya. Semoga ada manfaatnya dan tidak menyurutkan semangat para penulis untuk tetap menulis dan berkarya. 

Mojokerto, 12 Nopember 2020

Salam sayang, 

Yeti Nurmayati. 

           

Artikel Terkait

adalah seorang Ibu dari dua anak hebat dan Penulis Buku. Bisa dihubungi di Facebook atau email yetinurma82@gmail.com


EmoticonEmoticon